Pages

Rabu, 05 Maret 2014

KULTUR JARINGAN PISANG

KULTUR JARINGAN PISANG

Pengertian
Kultur jaringan tanaman adalah teknik budidaya sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptic atau bebas mikroorganisme.
Bibit pisang kultur jaringan adalah bibit yang dihasilkan melalui proses pembiakan jaringan (sel meristematis) pada media buatan dalam laboratorium (in vitro).

Tujuan
Adapun tujuan utama dari teknik kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak di dalam waktu yang relative singkat, dan hasil bibit dari kultur jaringan ini mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan tanaman induknya.

Teknik kultur jaringan tumbuhan pisang
Proses perbanyakan bibit pisang dengan teknik kultur jaringan tumbuhan meliputi :
1.      Sterilisasi Alat
Alat yang digunakan dalam proses ini antara lain :
·         Laminar Air Flow (LAF) : untuk menabur.
·         Entkas : untuk menabur sederhana.
·         Kulkas : untuk menyimpan bahan kimia.
·         Blender : untuk menghaluskan bahan-bahan.
·         Kompor : untuk memanaskan media.
·         Autoklaf : untuk mensterilkan alat dan media.
·         Lampu spiritus : untuk sterilisasi alat di dalam LAF.
·         Shaker : untuk menggojok.
·         Timbangan analitik : untuk menimbang bahan.
·         Stirer : untuk mengaduk larutan media.
·         Destilator : untuk menyuling air.
·         Dissecting set (scalpel, pinset, blade, gunting).
·         Glass ware (erlenmeyer, bakerglass, petridish, pengaduk kaca, corong kaca, botol-botol kultur).
·         pHmeter/pH stick : untuk mengukur pH media.
·         Termometer : untuk mengukur suhu ruang.

Proses Pembuatan Bibit
Pengambilan eksplan (bahan tanam). Eksplan diambil dari kebun induk yang telah diketahui jenisnya. Syarat sebagai tanaman induk adalah produksi tinggi dengan telah diketahuibuahnya, tanaman sehat atau tidak terserang hama/penyakit. Sehingga tanaman pisang dapat mengasilkan produksi yang optimal. Pengambilan eksplan dapat dilakukan dengan anakan diambil/dipisahkan dari induknya yang mengikut sertakan bonggolnya. Setelah diambil, kemudian dipotong dan dibawa kelaboratorium. Eksplan dipotong kemudian dikupas dan disisakan di sekitar titik tumbuh sebesar ibu jari, potongan eksplan dicuci sampai bersih, direndam dalam larutan sterilan, dibilas dengan akuades, lalu ditanam dalam media kultur. Untuk memperbanyak bibit dapat dilakukan dengan proses perbanyakan bibit di laboratorium yang meliputi, induksi yaitu proses merangsang tumbuhnya tunas dari eksplan, reproduksi yaitu proses perbanyakan dari tunas yang terbentuk pada proses induksi dan pengakaran yaitu proses untuk menumbuhkan akar dari tunas hasil reproduksi. Melalui ketiga proses tersebut akhirnya dihasilkan bibit kecil (planlet berukuran tinggi 5 cm). Proses induksi, reproduksi, dan pengakaran dikerjakan di ruang steril dengan media padat dan cair.

Proses Penyesuaian Dengan Lingkungan
Aklimatisasi adalah proses penyesuaian dengan lingkungan baru di luar laboratorium. Caranya sebagai berikut, siapkan bedengan di bawah naungan dengan intensitas penyinaran 30 %, media tanam terdiri dari campuran tanah, pasir, pupuk kandang halus (1:1:1). Taburkan furadan 3 G 20 g/m2 kemudian disiram sampai basah. Planlet ditanam dengan jarak 4 x 5 cm. Setelah itu disiram dan dipupuk dengan pupuk daun Gandasil D (konsentrasi 1,5 g/liter air). Bedengan disungkup dengan lembaran plastik tembus cahaya. Penyiraman dilakukan setiaphari. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan Decis 1,5 ml/l danBenlate 1 g/l setiap 5 hari sekali. Pemupukan menggunakan Gandasil D diberikan bersamaan dengan pengendalian hama dan penyakit lamanya aklimatisasi berkisar 20 - 45 hari tergantung besar kecilnya planlet.

Pembibitan
Bibit yang telah berukuran tinggi 10 cm siap dipindahkan ke polibag. Untuk pembibitan dapat digunakan polibag ukuran 12 x 18 cm dengan media campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir (1:1:1). Bibit dalam polibag disusun dibawah naungan dengan intensitas penyinaran 40-50%. Pemeliharaan bibit meliputi menyiram, memupuk, menyiang, dan mengendalikan hama dan penyakit pemupukan berupa larutan urea 0,1 % (1gr/liter) diberikan setiap 5 hari sekali.bibit siap ditanam apabila telah mencapai tinggi 15-20 cm dengan jumlah daun 5 helai.
Pengiriman Bibit
Bibit asal kultur jaringan dapat dikirimkan (dibeli) dalam bentuk : Planlet (pra aklimatisasi),bibit pasca aklimatisasi, dan bibit siap tanam. Untuk pengiriman jarak jauh (antar pulau)dianjurkan berupa planlet karena tahan selama 1 minggu. pengiriman bibit berupa planlet dikemas dalam kotak plastik masing-masing berisi 200 bibit dengan berat 250 gr tiap kemasan.

Penanaman dan Pemeliharaan
Penanaman dan pemeliharaan tanaman pisang asal kultur jaringan dapat dilakukan sesuai dengan petunjuk budidaya pisang yang ada (dapat diperoleh di toko-toko buku). Karena bibit asal kultur jaringan relatif kecil. Maka pemeliharaan pada tahap awal perlu lebih intensip. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada budidaya pisang asal kultur jaringan adalah: anakan baru dipelihara setelah tanaman induk berumur 5 dan 10 bulan (masing-masing dipelihara 1). Dengan demikian jumlah pohon per rumpun maksimal 3 dengan umur berbeda. Tanaman dipelihara sampai 3 kali berbuah setelah itu sebaiknya dibongkar dan ditanam ulang. Bibit pisang asal kultur jaringan dijamin bebas hama dan penyakit, tetapi tetap diperlukan pencegahan dan pengendalian apabila terjadi serangan di kebun. (berbagai sumber)

Keunggulan
Bibit hasil kultur jaringan memiliki keunggulan antara lain:
·         Penyedian bibit dapat diprogram sesuai dengan jadwal kebutuhan dan jumlah yang diperlukan pekebun. Sifat unggul tanaman induk tetap dimiliki oleh tanaman hasil perbanyakan dengan kultur jaringan. Bibit dalam keadaan bebas hama dan penyakit karena diperbanyak dalam keadaan aseptikdari tanaman yang sehat. Tingkat keseragaman bahan tanaman yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan efisiensidalam pengelolaan kebun.
  • Bibit hasil kultur jaringan lebih banyak. Tak hanya banyak, bibit dengan kuantitas yang sama dapat didapatkan dengan waktu yang lebih singkat dari pada konvensional
  • Sifat individu dari induk sama persis. Jadi jika menggunakan teknik kultur jaringan, ada baiknya menggunakan bibit dari induk varietas unggulan
  • Kecepatan tumbuh bibit pisang menjadi lebih seragam. Dan saat berbuah menjadi lebih cepat. Dari penelitian yang dilakukan, tanaman bisa berbuah pada bulan ke enam. Padahal normalnya adalah bulan ke sembilan
  • Bisa menghemat dalam proses pane. Sebab masa panen yang seragam serta waktu matang menjadi lebih singkat
  • Yang paling penting adalah kesehatan bibit menjadi lebih terjamin
Kelemahan
Bibit hasil kultur jaringan memiliki kelemahan antara lain :
1.      Perbanyakan bibit dengan teknik kultur jaringan memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus.
2.      Harga bibit pisang hasil kultur jaringan lebih mahal dibandingkan dengan bibit yang berasal dari anakan.








Referensi




0 komentar:

Posting Komentar